Ini maqam berikutnya, yaitu "manusia-manusia yang beriman dan beramal saleh".
Setiap penempuh jalan pada tataran ini tahu bahwa isra mi'raj adalah keniscayaan bagi umat yang dipilih-Nya, bukan hanya untuk Nabi Muhammad SAW saja, asal tahu caranya dan cukup bekalnya. Caranya? Pertama, menghamba/melayani secara total (Tuhan, alam, masyarakat, keluarga, diri). Tidak ada bekal lain yang bisa menggantikan energi melayani itu untuk bekal naik ke langit. Kedua, profesional di bidangnya masing-masing, apa pun profesi yang dipilihnya. Menjadi profesional adalah bukti sang penempuh jalan sadar posisi (positioning) sebagai hamba Allah, sekaligus ujian niat apakah melayani itu tulus demi Allah, atau demi perut, atau amatiran belaka, apalagi asal-asalan.
Setiap penempuh jalan pada tataran ini tahu bahwa isra mi'raj adalah keniscayaan bagi umat yang dipilih-Nya, bukan hanya untuk Nabi Muhammad SAW saja, asal tahu caranya dan cukup bekalnya. Caranya? Pertama, menghamba/melayani secara total (Tuhan, alam, masyarakat, keluarga, diri). Tidak ada bekal lain yang bisa menggantikan energi melayani itu untuk bekal naik ke langit. Kedua, profesional di bidangnya masing-masing, apa pun profesi yang dipilihnya. Menjadi profesional adalah bukti sang penempuh jalan sadar posisi (positioning) sebagai hamba Allah, sekaligus ujian niat apakah melayani itu tulus demi Allah, atau demi perut, atau amatiran belaka, apalagi asal-asalan.
Lalu, bekalnya? Beramal saleh bukan hanya berzakat, berinfaq, bersedekah. Bukan hanya menolong kaum miskin, anak yatim piatu, atau kaum yang teraniaya. Ada kesadaran yang lebih tinggi dalam tatanan peradaban, yaitu menciptakan damai dan saling mengasihi sesama yang berbeda keyakinan apa pun, terutama dengan keturunan dari kaum terdahulu sebelum kitab suci Al Quran diturunkan (penganut agama-agama yang kitab sucinya Injil, Taurat, Zabur). Inilah rahasia ijabah sukses naik ke langit.
[ Kembali ]
[ Kembali ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar