Inilah titik awal pemberangkatan (atau lebih tepatnya disebut titik nol) seseorang menjadi seorang muslim. Apabila sebelumnya ia beragama Islam hanya karena turunan, atau hanya terbawa lingkungan, maka kini dialah yang memilih sendiri agama Islam sebagai agamanya, dengan sadar, sebagai hasil kontemplasi - mungkin setelah mengalami proses mencari, bertanya, dan terutama setelah mengalami krisis hidup yang nyaris tak tertanggungkan - yang berujung kepasrahan total. Atau mungkin juga karena terjadi keajaiban pencerahan hasil tirakatnya, dan berkat tuah doa para leluhurnya didengar/dikabulkan oleh-NYA. Karenanya, di titik ini ia masuk ke maqam "manusia-manusia yang berpikir".
Sejak saat itu, ia tidak akan bisa menerima begitu saja lagi apa pun yang serba "katanya"; ia mulai punya tafsir yang pas (masuk di akal dan mengena di hati) tentang artian Rukun Islam, Rukun Iman, maupun hadist. Ujung perjalanannya di maqam ini adalah tatkala ia sampai kepada pencerahan iqra, bahwa: 1. Quran bukan hanya kitab suci, ada Quran lain, yang tertulis di alam semesta, dan ada Quran yang tertulis di tubuhnya; ketiganya saling mereferensikan dan saling menguatkan. 2. Adalah tugas dia ke depan untuk "menulis" Quran dirinya sendiri (raportnya), sebagai indikator penilaian ketakwaan dan ketawakallannya kelak di hari akhir penentuan.
[ Kembali ]
[ Kembali ]